Selasa, 24 Januari 2012

Kumpulan Puisi Wiji Tukul


Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!



By Wiji Tukul

Wiji Tukul, dalam kumpulan kumpulan sajak-sajak, "Aku ingin jadiPeluru", Penerbit Indonesia Tera, Cetakan I, Juni 2000.
Nanyian Abang Becak
jika harga minyak mundhak simbok
semakin ajeg
berkelahi sama bapak
harga minyak mundhak lombok-lombok
akan mundhak
sandang pangan akan mundhak
maka terpaksa tukang-tukang lebon
lintah darat bank plecit tukang kredit
harus dilayani
siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin
mendesak, seribu lima ratus uang belanja
tertinggi dari bapak untuk simbok, siapa bisa
mencukupi sedangkan kebutuhan hidup semakin
mendesak
maka simbok pun mencak-mencak:
”pak-pak anak kita kebacut metu papat lho!
bayaran sekolahnya amak-anak nunggak lho!
si Penceng muntah ngising, perutku malah sudah
isi lagi dan suk Selasa Pon ana sumbangan maneh
si Sebloh dadi manten!”
jika bbm kembali melonjak
namun juga masih disebut langkah-langkah
kebijaksanaan
maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan
     nasib
kepadamu duh Pangeran duh Gusti
sebab nasib adalah permainan kekuasaan
lampu butuh menyala, menyala butuh minyak
perut butuh kenyang, kenyang butuh diisi
namun bapak cuma abang becak!
maka apabila becak pusaka keluarga pulang
tanpa membawa uang
simbok akan kembali mengajak berkelahi bapak
Solo, 1984

Doa anak dari Z ke A
Z, zat, kami bagian dari-Mu, ya Tuhan
Y, yakin, tiada lain nama selain Engkau
X, xenofobia, singkirkan dari hati kami
W, wibawa, bentuk dalam kepercayaan kami
V, visi, supaya kami tidak sempit bersikap
U, utuh, dan jangan bawa kami ke perpecahan
T, teguh, ajar kami bertahan dalam godaan
S, suluh, agar kami bisa menerangi gelap
R, renung, kami tetap menatap kebesar-Mu
Q, qurban, ikhtiar kami untuk menyembah-Mu
P, puji, dengan alhamdulilah kami sebut Engkau
O, obat, firmanmu penawar dalam sakit kami
N, nyata, walau tak nampak Engkau hadir
M, maha, tiada kata lebih mulia untuk-Mu
L, layak, beri kami kehidupan yang pantas
K, kokoh, kuatkan batin kami dengan alas kasih
J, jujur, dan sinari kejernihan dalam sukma
I, iman, kekuatan yang lebih dari batu karang
H, harapan, Cuma yang beriman boleh ke surga
G, gembala, yang baik hanya kias Tuhanmu
F, Fatwa, demikian mesti jadi nasihat temurun
E, erat,agar terlengket dalam ingatan manusia
D, darah, dalam syahid adalah penebusan
C, cinta, supaya kami mau bertanggung jawab
B, bebas, dan leluasa menuju kehadiratmu
A, Amin, semoga Tuhan mendengar doa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar